Dalam prakteknya, manajemen koperasi dijalankan oleh pengurus, bukan oleh anggota secara langsung. Tapi mungkin ini hanya karena keterbatasan teknologi. Andaikata teknologi memungkinkan, akankah koperasi cenderung memilih pengambilan keputusan oleh anggota secara langsung, daripada staf pengurus/manajemen?
Ada konsep yang keren dalam paper Pendekatan Inovatif Strohalm untuk Pembangunan oleh Mr. Stephen DeMeulenaere dari Strohalm Foundation :
Metodologi yang sudah dikembangkan dari penelitian ini akan diuji dalam percobaan. Salah satu
pendekatan yang paling menjanjikan adalah dimana konsumen lokal dilibatkan dalam proses
analisis kelayakan kredit yang diajukan oleh perusahaan lokal , dan mendukung pembayaran
pinjaman mikro (mikro kredit), sederhana sesuai kebiasaan konsumtif mereka. Dengan begitu
biaya evaluasi dan pelaksanaan, yang tinggi dibandingan dengan jumlah pinjaman mikro (mikro
kredit), akan sangat banyak terpotong. Oleh sebab itu, konsumen lokal lebih baik dalam memilih
pengusaha yang mempunyai cukup kredibilitas dan dukungan untuk melakukan pembayaran
pinjaman, di tambah bunga.
Konsumen diberi hadiah untuk jasa ini, menerima kembali sebagian besar dari pendapatan
bunga, dengan begitu menjadi pemegang saham yang mungkin kembali ke mereka. Fakta ini
membuat mereka secara harfiah tertarik pada proses ini. Dengan begitu kebiasaan konsumtif
masyarakat lokal secara langsung berhubungan dengan keberhasilan mikro-kredit.
Situasi atau keadaan "win-win atau menang-menang" akan dihasilkan oleh sistem seperti ini:
- Konsumen akan mendapat bonus jika dia membeli barang-barang atau jasa-jasa lokal dan
dengan demikian mendukung proses pinjaman,
- Pengusaha akan mempunyai tawaran yang lebih menarik kepada pelanggan lokal dan oleh
karena itu mempunyai kesempatan yang lebih baik untuk membayar kembali pinjaman dan
menyadari adanya pembayaran bunga,
- Dari pandangan penyedia (pemilik) modal awal hasilnya akan menjadikan perekonomian
lokal yang lebih berfungsi dan aktif, dan dengan demikian kelayakan kredit pelanggan lokal
menjadi,
- Pihak yang berwewenang pada tingkat lokal akan melihat komunitas mereka menjadi lebih
dapat dipertahankan.
Menurut saya, konsep ini keren sekali walau saya belum tahu gimana prakteknya in action.
Di bank swasta maupun BUMN, hal ini tidak mungkin terjadi. Hanya koperasi kredit yang memungkinkan hal ini, karena para anggota (konsumen juga) punya andil dalam menentukan profitabilitas dan sustainabilitas koperasi. Tidak seperti bank yang hanya dikendalikan pemegang sahamnya.
Contoh implementasinya dengan teknologi mobile voting misalnya seperti ini:
- Sebelumnya, harus dirapatkan, bagaimana formula penentuan approval kredit. Aturan2nya, berapa % yg dari voting dan berapa yang dari pihak manajemen (hak veto).
- Saat ada pengajuan kredit, maka setiap member (atau member2 tertentu yang merasa "berkepentingan") akan mendapat notifikasi. Bentuknya bisa seperti notification di Facebook, yang mungkin dikirim juga via email maupun SMS, atau bahkan Twitter, Google Buzz, Koprol, dsb. ;-) [mulai deh geekynya keluar]
- Anggota dapat melihat data pengajuan kredit tersebut, baik dari SMS yang dikirim maupun dibuka detailnya via web browser atau mobile web. Mobile web pun tidak harus WAP karena sudah ada teknologi Opera Mini. So "HP jadul" bukan masalah lagi.
- Anggota dapat melakukan voting terhadap pengajuan kredit tersebut, dengan klik/pencet Setuju/Tidak Setuju. Mirip2 Like-nya Facebook lah. Anggota yang tidak memberikan votingnya dianggap abstain. Formula persetujuan kredit juga sudah memasukkan bagaimana perhitungannya kalau abstain dll. di sini.
Kalau via SMS, member tinggal reply saja SETUJU atau TOLAK. Mungkin dikasih no. pengajuannya, misalnya SETUJU 24 untuk arsip #24. - Selain voting, anggota dapat memberikan masukan secara bebas, seperti comment atau wall di Facebook.
Berguna misal anggota mempunyai rasionalisasi lain yang tidak murni sekedar setuju/tolak. - Parameter lainnya dapat juga menjadi masukan, misalnya berapa bunganya (kalau pake bunga), lama pinjaman, jumlah pinjaman, dll.
Mungkin kalo via SMS agak ribet, tapi kalo via web ato mobile web tetap akan praktis. Ya kita tiru UI-nya Facebook lah :-)
No comments:
Post a Comment