Friday, February 26, 2010

Community Currency System (CCS) untuk Koperasi

Community Currency System (CCS) atau lebih formalnya disebut Complementary Currencies menyediakan alat tukar ("mata uang") pelengkap dan digunakan bersamaan dengan mata uang nasional (rupiah).

Saya mencoba belajar dari pengalaman berdasarkan studi kasus berikut:
  1. Koperasi Merapi Mulia, Sleman, Yogyakarta.
    National-currency backed currency. Convertible. Dibacking 100% oleh Rp.
    15% fee jika dicairkan ke Rp. masuk profit kopdit.
    Mata uang berlaku max 1tahun, jika tidak direnew maka dianggap income.
    Contacts: Enny Susilandari, Stephen DeMeulenaere.
  2. Cileuk system di Ciheuleut, Bogor Timur - Koperasi Bantar Kemang.
    Carmelita Toelihere yang mengadakan tugas akhir mata kuliah di sini (orangnya nggak ketemu dicari via Internet.. ada yang punya info tentang keberadaan sdr. Carmelita ini?).
  3. Kopdit Mendasar, Kopdit Tri Tunggal - Yogyakarta. Dibantu Strohalm jg untuk CC. (Bekatigade Network)
    Non-convertible local currency.
    Saya heran kenapa Stephen memilih untuk non-convertible, mungkin alasannya agar berkembang dulu, nantinya dikembangkan menjadi convertible (secara bertahap).
    Sedangkan Koperasi Merapi Mulia di atas langsung convertible, saya ingin tahu bagaimana hasil dan statusnya sekarang, trus apa saja hambatan2nya..
Penerapan yang umum dari Sistem-sistem di atas adalah:
  • semua masih menggunakan bentuk kupon/mata uang kertas (belum elektronik)
  • istilahnya jangan uang, tapi "chips", atau bisa juga voucher, poin, koin, kredit. Cileuk singkatan dari Ciheuleut Kupon. Karena org kita lebih kenal kupon daripada voucher.
  • 3 desirable attributes of currencies:
    convertible (yes! with 24-hour online service, accessible by mobile!)
    non-counterfeitable (impossible with electronic, unless security breach)
    stable in value (hmm... need cooperation with produce coops)
Saya berhipotesis bahwa satu hambatan utama dalam pengembangan CCS ini adalah masalah teknis. Kalo iya, berarti seharusnya bisa sangat terbantu dengan implementasi teknologi.

Pertanyaannya sekarang... apa iya???

No comments:

Post a Comment